Kamis, 25 November 2010

URGENSI ILMU HADITS (artikel lepas 01)

Salah satu kelebihan Islam dari agama yang lain adalah ilmu Hadits. Dalam ilmu Hadits otentikasi kabar sangat diperhatikan. Tidak sembarang mendengar lalu disampaikan dan disebut sebagai perkataan Rasulullah saw.. Setiap Hadits melewati proses-proses ilmiah dan kajian teliti oleh para ahli Hadits sehingga bisa diambil kesimpulan Hadits tersebut bisa diterima atau tidak. Maka orang-orang yang meremehkan Hadits atau tidak mau menerima Hadits, atau tidak peduli tentang shahih atau dhaif-nya, maka orang ini telah menghina usaha para ahli Hadits yang mencurahkan hidup mereka untuk meneliti Hadits.

Kenapa disebut sebagai kelebihan ummat Islam? Karena keilmiahan dalam beragama seperti ini tidak ditemukan dalam agama lain. Misalnya jika ditanyakan apa dasarnya ummat Kristen beribadah dengan bernyanyi-nyanyi di gereja? Apakah Nabi Isa ‘alaihissalam mengajarkannya? Apakah bisa diteliti secara ilmiah bahwa beliau mengajarkannya? Mereka akan menjawab “tidak”. Juga bentuk-bentuk ibadah mereka yang lain. Maka perhatikan, seorang muslim yang membuat perkara baru dalam agama tidak ubahnya seperti perilaku orang-orang non-muslim yang beragama tanpa dasar.

Dan di zaman ini kita melihat waqi’ (kenyataan) yang memprihatinkan. Dimana semakin sedikit ummat muslim yang mau mempelajari Hadits. Membacanya, menghafalnya, membaca kitab-kitab para ulama Hadits, bahkan ummat muslim sekarang sudah alergi menuliskan Hadits. Kami menemukan beberapa website yang mengaku Islami namun mereka terkesan tidak mau banyak-banyak menuliskan Hadits dengan alasan nanti kurang gaul, nanti orang awam malas membaca, nanti begini dan begitu. Malah mereka mengisi websitenya, berbicara tentang agama dengan dasar perkataan orang-orang filsafat atau hasil buah pikirnya sendiri. Wal’iyaadzu billaah.

Sampai-sampai Imam Syafi’i menganggap tercela orang-orang yang ‘alergi’ dengan Hadits. Imam Asy-Syafii berkata: “Demi umurku, soal ilmu Hadits ini termasuk tiang agama yang paling kukuh dan keyakinan yang paling teguh. Tidak digemari untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang yang jujur lagi taqwa, dan tidak dibenci untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang munafiq lagi celaka.” (Lihat Ikhtisar Mushthalahul Hadits)

Sudah dikabarkan oleh Rasulullah akan ada orang-orang yang berbicara tentang agamanya tanpa ilmu (Al-Qur’an dan As-Sunnah): “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari setiap hamba namun Allah mencabutnya dengan mematikan orang-orang ‘alim. Sehingga di saat Allah tidak menyisakan seorangpun dari mereka, manusia akan mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpin mereka. Mereka ditanya lalu merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu sehingga sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan bila kita lihat waqi’ yang lain, sebagian besar penyimpangan-penyimpangan dalam agama dikarenakan mereka tidak mau mempelajari Hadits atau tidak mau menerima Hadits. Misalnya Hadits tentang bid’ah, banyak diantara kaum muslimin, juru da’wah, pondok-pondok pesantren tidak mau mengajarkan Hadits ini. Padahal Hadits ini sangat masyhur (terkenal) dikalangan para ulama’ dan menghasilkan banyak kaidah-kaidah fiqhiyyah ushuliyyah (kaidah-kaidah dasar fiqih). Namun mereka tidak mau berlapang dada menerimanya dan tidak mau mengajarkannya dengan berbagai alasan, misalnya mereka beralasan bila Hadits ini diajarkan akan memecah-belah ummat. Subhanallah! Hadits Rasulullah dikatakan dapat memecah-belah ummat?? Padahal Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah kholifah-kholifah yang telah mendapat petunjuk lagi cerdik. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian“. (Riwayat Ahmad 4/126; Abu Dawud 4/200 Hadits no. 4607; At-Tirmizy 5/44 Hadits no. 2676; Ibnu Majah 1/15 Hadits no. 42; Al-Hakim 1/37 Hadits no. 4; dll.)

Sunnah Rasulullah tidaklah memecah-belah ummat, namun sebaliknya mempersatukan ummat! Karena konsep persatuan Islam bukanlah bersatunya badan, kumpul-kumpul, senyum-senyum, sementara di hati mereka memiliki keyakinan berbeda-beda. Yang satu aqidahnya benar, yang lain suka pakai jimat, yang lain tidak mengakui sifat Allah, yang lain suka shalat di kuburan, trus kumpul disatu majlis atau perkumpulan, inikah persatuan? Demi Allah bukan seperti ini. Bahkan inilah model persatuan ala Yahudi.
Allah berfirman: “Permusuhan di antara mereka (Yahudi) sendiri sangat tajam. Kamu mengira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah-belah. Itulah karena mereka kaum yang tidak mau berpikir.” (QS. Al-Hasyr [59]: 14)

Karena persatuan Islam yang benar adalah berpegang teguhnya setiap muslim pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, sampai-sampai Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Al-Jama’ah (persatuan) itu ialah setiap yang sesuai dengan al-haqq (Al-Qur’an dan As-Sunnah) walau engkau seorang diri. ”

Agama ini memiliki 2 sumber hukum, Al-Qur’an dan Hadits. Dan hampir semua bagian dari agama ini rinci-rinciannya dijelaskan dalam Hadits. Jika kita enggan mempelajari Hadits, bagaimana mungkin kita bisa bergama dengan benar? Apakah kita beragama dengan bermodal pengetahuan umum saja? Shalat asal shalat, puasa asal puasa. Dan tahukah antum berapa jumlah Hadits? Banyak, ribuan, atau ratusan ribu. Bahkan jika seseorang meluangkan hidupnya hanya untuk belajar Hadits tidak akan bisa mempelajari semuanya. Dan demikianlah kehidupan orang-orang shalih terdahulu (para sahabat, tabi’in dan yang mengikuti mereka), mereka menghabiskan waktu mereka belajar dien, mencari Hadits ke berbagai penjuru dunia, tidak berhenti hingga ajal mereka tiba.

Maka kami menasehatkan kepada saudaraku seiman, agar bertaqwa kepada Allah dan bersemangat dalam mempelajari ilmu dien. Cukuplah kita renungkan perkataan Sufyan Ats-Tsauri: “Saya tidak mengenal ilmu yang lebih utama bagi orang yang berhasrat menundukkan wajahnya di hadapan Allah selain daripada ilmu Hadits. Orang-orang sangat memerlukan ilmu ini, sampai kepada soal-soal kecil sekalipun, seperti makan dan minum, memerlukan petunjuk dari Al-Hadits. Mempelajari ilmu Hadits lebih utama daripada menjalankan shalat sunnah dan puasa sunnah, kerana mempelajari ilmu ini adalah fardu kifayah, sedangkan shalat sunnah dan puasa sunnah hukumnya sunnah.”

(sumber: http://mii.fmipa.ugm.ac.id/?p=248 dengan editing seperlunya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar