Kamis, 25 November 2010

BIOGRAFI IMAM BUKHARI

Nama beliau
Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah. Kuniyah (julukan) beliau: Abu Abdillah.

Nasab beliau
1.    Al-Ju’fi. Nisbah Al-Ju’fi adalah nisbah arabiyyah. Penyebabnya adalah, bahwasanya Al-Mughirah, kakek Bukhari yang kedua, masuk Islam berkat bimbingan dari Al-Yaman Al-Ju’fi. Maka nisbah beliau kepada Al-Ju’fi adalah nisbah perwalian.
2.    Al-Bukhari. Yang merupakan nisbah kepada negeri Imam Bukhari dilahirkan.

Tempat dan Tanggal lahir
Beliau dilahirkan pada hari Jum’at ba’da shalat Jum’at pada 13 Syawwal 194 H. di Bukhara.

Masa kecil beliau

Beliau dididik dalam keluarga yang berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli Hadits, akan tetapi tidak termasuk ulama’ yang banyak meriwayatkan Hadits. Bukhari menyebutkan di dalam kitab Tarikh Kabirnya, bahwa bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al-Mubarak, dan dia telah mendengar dari Imam Malik, karena itulah dia termasuk ulama’ bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Ayahanda Imam Bukhari berkata ketika menjelang wafatnya: “Aku tidak melihat satu dirham pun yang haram dari hartaku dan tidak pula satu dirham pun yang syubhat dari hartaku.” Maka dengan harta tersebut Bukhari menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam menuntut ilmu. Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah dekat dengan Baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.

Kisah hilangnya penglihatan beliau
Di masa kecilnya, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Khalilullah Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam berujar kepadanya: “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya do’a yang engkau panjatkan kepada-Nya.” Menjelang pagi hari ibu imam Bukhari mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah subhanahu wa ta’ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala kecilnya.

Kecerdasan dan kejeniusan beliau
    Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam, dan daya hafalan yang sangat kuat. Sedikit sekali orang yang memiliki kelebihan seperti dirinya pada zamannya. Ada satu riwayat yang menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia menuturkan: “Aku mendapatkan ilham untuk menghafal Hadits ketika aku masih berada di sekolah baca-tulis.” Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepadanya: “Saat itu umurmu berapa?”. Dia menjawab: “Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis Hadits Ad-Dakhili dan ulama’ Hadits lainnya. Ketika sedang membacakan Hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata: ‘Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Maka aku menyelanya; ‘Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.’ Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya: ‘Kembalikanlah kepada sumber aslinya, jika Anda punya.’ Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata: ‘Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?’ Aku menjawab: ‘Dia adalah Az-Zubair. Nama aslinya Ibnu ‘Adi yang meriwayatkan Hadits dari Ibrahim.’ Kemudian dia pun mengambil pena dan membetulkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku: ‘Kamu benar.’
    Muhammad bin Abi Hatim bertanya lagi kepada Bukhari: “Ketika kamu membantahnya, berapa umurmu?” Bukhari menjawab: “Sebelas tahun.”
    Hasyid bin Isma’il menuturkan: “Bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia menjawab semua celaan kami: ‘Kalian telah banyak mencelaku, maka tunjukkanlah kepadaku Hadits-hadits yang telah kalian tulis.’ Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan Hadits kami. Tetapi dia menambahkan Hadits yang lain lagi sebanyak 15.000 Hadits. Dan dia membaca semua Hadits-Hadits tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.”

Permulaan dalam menuntut ilmu

    Aktifitas beliau dalam menuntut ilmu dimulai semenjak sebelum menginjak masa baligh, dan hal itu ditunjang dengan peninggalan orang tuanya berupa harta. Beliau berkata: “Aku menghabiskan setiap bulan sebanyak 500 dirham, yang aku gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih eksis.”
    Dia bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia sudah menghafal Al-Qur’an dan menghafal beberapa karya tulis para ulama’, dan karya tulis yang pertama-tama beliau hafal adalah kitab karya Abdullah bin Al-Mubarak, kitab Waki’ bin Al-Jarrah dalam masalah Sunan dan Zuhud, dan yang lainnya. Beliau juga tidak meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah fikih dan pendapat.

Rihlah beliau
    Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para Ahlul Hadits, karena posisi Bukhari dalam masalah ilmu ini merupakan satu kesatuan pada diri seorang Ahlul Hadits, maka dia pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun meniti jalan mereka.
    Dia tidak puas dengan hanya menyimak Hadits dari penduduk negerinya, sehingga tidak terelakkan lagi bagi dirinya untuk mengadakan rihlah (perjalanan) dalam rangka menuntut ilmu, dia berkeliling ke negeri-negeri Islam. Dan pertama kali dia mengadakan rihlah adalah pada tahun 210 H., yaitu ketika umurnya menginjak 16 tahun, pada tahun kepergiannya menunaikan ibadah haji bersama sang ibundanya dan kakaknya.
    Negeri-negeri yang pernah beliau masuki adalah sebagai berikut:
1.    Khurasan dan daerah yang bertetangga dengannya
2.    Bashrah
3.    Kufah
4.    Baghdad
5.    Hijaz (Makkah dan Madinah)
6.    Syam
7.    Al-Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar sungai Tigris dan Eufrat)
8.    Mesir.
    Bukhari menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani: ‘Aku memasuki Syam, Mesir, dan Al-Jazirah sebanyak 2 kali, ke Bashrah sebanyak 4 kali, dan aku tinggal di Hijaz beberapa tahun, dan aku tidak bisa menghitung berapa kali aku memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin.

Guru-guru beliau
    Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba’ut tabi’in muda, dan beliau meriwayatkan Hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau bertutur: “Aku telah mencatat dari sekitar 1.080 orang yang semuanya dari kalangan ahlul Hadits.”

Guru-guru imam Bukhari terkemuka yang dari mereka beliau telah meriwayatkan Hadits:
1.    Abu ‘Ashim An-Nabil
2.    Makki bin Ibrahim
3.    Muhammad bin ‘Isa bin Ath-Thabba’
4.    Ubaidullah bin Musa
5.    Muhammad bin Salam Al-Baikandi
6.    Ahmad bin Hambal
7.    Ishaq bin Manshur
8.    Khallad bin Yahya bin Shafwan
9.    Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
10.  Ahmad bin Isykab
11.  Dan masih banyak lagi

Murid-murid beliau

    Al-Hafidz Shalih Jazzarah berkata: “Muhammad bin Isma’il duduk mengajar di Baghdad, dan aku memintanya untuk mendiktekan (Hadits) kepadaku, maka berkerumunlah orang-orang kepadanya lebih dari 20.000 orang.”
    Maka tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya tersebut menciptakan kelompok tokoh-tokoh yang cerdas yang meniti manhaj. Di antara mereka itu adalah:
1.    Al-Imam Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi (204-261 H.), penulis kitab Shahih Muslim yang terkenal.
2.    Al-Imam Abu ‘Isa At-Tirmizi (210-279 H.), penulis kitab Sunan At-Tirmidzi yang terkenal.
3.    Al-Imam Shalih bin Muhammad (205-293 H.).
4.    Al-Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311 H.), penulis kitab Shahih Ibnu Khuzaimah.
5.    Al-Imam Abu Al-Fadhl Ahmad bin Salamah An-Naisaburi (286 H.), teman dekat Imam Muslim, dan dia juga memiliki kitab Shahih seperti kitab Imam Muslim.
6.    Al-Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi (202-294 H.).
7.    Al-Hafizh Abu Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats (230-316 H.).
8.    Al-Hafizh Abu Al-Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al-Baghawi (214-317 H.).
9.    Al-Hafizh Abu Al-Qadli Abu Abdillah Al-Husain bin Isma’il Al-Mahamili (235-330 H.).
10.    Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma’qil Al-Nasafi (290 H.).
11. Al-Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir Al-Nasawi (311 H.).
12. Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar Al-Firabri (231-320 H.).

Karakter imam Bukhari

    Meskipun Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi beliau merupakan individu yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan ketaatan kepada Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri seorang wali yang terpilih dan orang shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik di dalam hati dan kedudukan yang mempesona di dalam jiwa. Dia merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu’ dan banyak membaca al Qur`an.
    Muhammad bin Abi Hatim menuturkan: “Dia selalu melaksanakan shalat di waktu sahur sebanyak 13 raka’at, dan menutupnya dengan melaksanakan shalat witir 1 raka’at.”
    Yang lainnya menuturkan: “Apabila tiba malam pertama bulan Ramadhan, murid-murid Imam Bukhari berkumpul kepadanya, maka dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap raka’at beliau membaca 20 ayat, amalan ini beliau lakukan sampai dapat mengkhatamkan Al-Qur’an.”
    Beliau adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya, banyak berbuat baik, sangat dermawan, tawadhu’ dan wara’.
“Testimoni” para ulama’ tentang beliau
    Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan Imam Bukhari, diantara mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya Bukhari sampai saat ini, kedudukan Imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati kaum muslimin, baik yang berkecimpung dalam masalah Hadits, bahkan dari kalangan awwam kaum muslimin sekali pun memberikan persaksian atas keagungan beliau.
    Di antara para tokoh ulama’ yang memberikan kesaksian tentang diri beliau adalah:
1.    Abu Bakar ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian tentang Imam Bukhari dengan mengatakan: “Di kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui Hadits daripada Muhammad bin Isma’il.”
2.    ‘Abdan bin ‘Utsman Al-Marwazi berkata: “Aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku, seorang pemuda yang lebih mendapat bashirah daripada pemuda ini.” Saat itu telunjuknya diarahkan kepada Bukhari.
3.    Qutaibah bin Sa’id menuturkan: “Aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat, semenjak aku dapat mencerna ilmu, orang yang seperti Muhammad bin Isma’il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti ‘Umar di kalangan para sahabat.” Dia berkata pula: “Kalau seandainya Muhammad bin Isma’il adalah seorang sahabat maka dia merupakan ayat.”
4.    Ahmad bin Hambal berkata: “Khurasan tidak pernah melahirkan orang lain yang sekaliber Muhammad bin Isma’il.”
5.    Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan: “Kami tidak pernah melihat orang yang seperti Muhammad bin Ism’ail.”
6.    Bandar berkata: “Belum ada seorang lelaki yang memasuki Bashrah lebih mengetahui terhadap Hadits dari saudara kami Abu Abdillah.”
7.     Abu Hatim Ar-Razi berkata: “Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal Hadits melebihi Muhammad bin Isma’il, juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya.”
8.    Muslim (penyusun kitab Sahih) berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat Hadits yang tidak di ketahuinya: “Biarkan saya mencium kedua kaki Anda, wahai gurunya para guru dan pemimpin para Ahli Hadits, serta dokter dalam masalah illat Hadits.”
9.    Al-Hafiz Ibnu Hajar menyatakan: “Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan lautan tak bertepi.”

Hasil karya beliau
Di antara hasil karya Imam Bukhari adalah:
*    Al-Jami’ As-Sahih (Sahih Bukhari)
*    Al-Adab Al-Mufrad
*    At-Tarikh Ash-Shaghir
*    At-Tarikh Al-Ausath
*    At-Tarikh Al-Kabir
*    At-Tafsir Al-Kabir
*    Al-Musnad Al-Kabir
*    Kitab Al-‘Ilal
*    Raf’ul Yadain fi Ash-Shalah
*    Birr Al-Walidain
*    Kitab Al-Asyribah
*    Al-Qira`ah Khalfa Al-Imam
*    Kitab Al-Dlu’afa
*    Usami Ash-Shahabah
*    Kitab Al-Kuna
*    Al-Wihdan
*    Al-Fawa`id
*    Qadlaya Ash Shahabah wa At-Tabi’in
*    Masyiikhah.


Wafat Beliau
Suatu ketika Imam Bukhari pergi menuju Samarkand. Setibanya di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, beliau singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun di sana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus 870 M. (256 H.) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Zhuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah selalu merahmati beliau dan ridla kepada beliau.

Biografi Imam Hadits lainnya
dapat Anda simak di dalam CD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar